Rabu, 12 November 2008

Bayi Kuning

Istilah ini sudah aq dengar cukup lama. Dikatakan bahwa : bayi baru lahir rentan mengalami kuning. Dan Nasya termasuk salah satu yg mengalaminya.

Kuning yang dialami oleh bayi umumnya adalah kuning fisiologis, yaitu kuning yang disebabkan belum matangnya organ hati si bayi, sehingga fungsinya belum sempurna.
Mudahnya, untuk melakukan cek apakah bayi kuning atau tidak, yaitu dengan menekan badan bayi. Bila setelah ditekan meninggalkan warna kuning pada kulitnya, berarti dikatakan si bayi mengalami kuning.

Mengapa bisa terjadi bayi kuning?
Hal ini disebabkan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Normalnya, secara berkala sel darah merahnya akan dipecah. Nah, kandungan "sampah" dari proses pemecahan itu disebut bilirubin indirek.
Semasa janin, bilirubin indirek ini akan dibuang oleh plasenta dan masuk ke hati ibu untuk selanjutnya diproses di hati menjadi bilirubin direk dan dibuang sebagai tinja. Bilirubin indirek memang harus dibuang karena dalam kadar tinggi dapat bersifat sebagai racun.

Segera setelah lahir, bayi harus mengolah sendiri bilirubin indirek di hatinya. Tapi karena fungsi hatinya belum sempurna, proses penghancuran dan pembuangan bilirubin jadi lambat, sehingga bilirubin indireknya tetap tinggi. Fungsi tersebut baru bisa berlangsung normal bila organ hatinya sudah matang, yakni sekitar 3-5 hari setelah lahir. Saat itu hati sudah mampu mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk, sekaligus membuangnya.
Karena itu, bayi kuning fisiologis biasanya akan mulai terlihat di hari kedua dan akan mencapai puncaknya pada hari ketiga sampai kelima sesudah lahir. Mulanya kuning di sekitar wajah lalu menjalar ke tubuh. Bayinya sih tetap terlihat aktif dan sehat. Menyusu dan tangisnya juga kuat. Melewati masa puncak, kadar bilirubin pelan-pelan menurun dan umumnya di hari ke-7 atau maksimal 2 minggu, bayi tidak kuning lagi.

Namun, perlu diwaspadai pula apabila kadar bilirubin indirek pada tubuh bayi terlalu tinggi. Kadar bilirubin indirek yang terlalu tinggi dapat merusak sel-sel otak hingga bayi mengalami kejang-kejang dan di kemudian hari bisa memunculkan kelainan neurologis. Dalam keadaan sehat dan normal, otak memiliki pelindung hingga tak sembarang zat bisa menembusnya. Sementara pada bayi yang sakit berat, pelindung tadi ikut terganggu fungsinya. Akibatnya, zat-zat yang bersifat toksik atau racun, termasuk bilirubin indirek, bisa menembus dan masuk ke sel-sel otak. Dampak jangka pendek, bayi akan mengalami kejang-kejang. Sementara jangka panjang, anak bisa mengalami cacat neurologis.

Selain krn kuning fisiologis, bayi kuning bisa juga terjadi karena beberapa hal lainnya, yaitu:
- Akibat kolestatis/ada kelainan pada organ hati atau sistem empedu, sehingga menyebabkan terganggunya proses pembuangan semua bahan toksik (termasuk bilirubin direk) yang seharusnya dibuang oleh hati dan saluran empedu ke tinja.
Sekilas, gejala kolestasis sama dengan kuning fisiologis. Tapi pada kolestasis, umumnya air seni berwarna gelap akibat keluarnya bilirubin direk melalui air seni (bukan melalui tinja).
Kolestatis bisa terjadi karena adanya virus, bakteri, parasit ataupun karena kelainan bawaan.
- Infeksi berat : Infeksi yang berat dapat meningkatkan proses pemecahan sel darah merah hingga bayi tampak kuning. Infeksi berat yang dimaksud adalah infeksi di mana kuman atau mikroorganisme penyebab infeksi tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
- Kekurangan enzim G 6 PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase): Enzim ini dibutuhkan oleh rangkaian reaksi yang berfungsi menghasilkan sumber energi bagi sel darah merah agar bisa menjalankan fungsi metabolismenya. Bila sel darah merah kekurangan enzim ini, energi pun berkurang. Akibatnya, sel darah merah akan mudah pecah atau rusak.
- Beda golongan darah dengan ibu : Ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi bila ibu rhesus negatif dan anaknya rhesus positif atau bila ibu golongan darah O dengan bayi golongan darah non-O. Di lain pihak, pada ketidakcocokan golongan darah O, bila perlu dokter mempertimbangkan transfusi tukar/ganti darah (exchange transfusion).
- Penyakit genetik : Ada beberapa penyakit karena genetik di mana organ hati tak punya enzim untuk mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk. Namun kondisi seperti ini relatif jarang terjadi.

Apa yang harus dilakukan bila bayi kuning?
Jika bayi kuning karena kuning fisiologis (bukan krn adanya infeksi atau kelainan organ), seperti yang sudah dibahas di atas, kadar bilirubin akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan meningkatnya kemampuan dan fungsi organ hati bayi.
Tapi, ada yang mengatakan bahwa supaya bayi tidak kuning/mengurangi kuningnya, bayi harus dijemur di pagi hari, sblm sinar matahari terlalu panas atau berkisar antara 6.30 – 7.30.
Namun, hal ini sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kuning pada bayi. dr.Purnamawati S. Pujiarto, SpA(K), MMPaed, spesialis anak dari Bagian Hepatologi Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta , mengatakan bahwa mengurangi kuning pada bayi dengan cara menjemurnya di matahari pagi, sudah harus ditinggalkan karena fungsinya ternyata memang bukan membantu mengubah bilirubin indirek. Namun tujuannya semata agar bayi kena sinar matahari, terutama untuk vitamin D yang diperlukan tulang, dan ini pun tak perlu lama-lama.

Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa bayi kuning disebabkan kurang cairan/kurang minum. Menurut DSA-nya Nasya di RSI 2, hal ini juga tidak benar.
Kurang cairan/kurang minum bukan penyebab bayi kuning, tapi bayi kuning sebaiknya banyak minum, dan yang diminum disini adalah ASI bukan susu formula. Karena pada awal-awal bulan, bayi yang minum ASI lebih banyak BAB dibandingkan bayi yang minum sufor. Hal ini tentu baik bagi bayi kuning, karena bilirubin semakin cepat dikeluarkan dari tubuh melalui tinja.

Pada beberapa kasus, dimana dikhawatirkan kadar bilirubinnya terlalu tinggi, yaitu melebihi batas normalnya (10 mg/dl untuk bayi baru lahir), maka untuk menguranginya dapat dilakukan terapi sinar (blue light). Terapi ini bertujuan mengubah bilirubin indirek yang toksik menjadi zat yang tidak toksik.
Lama-sebentarnya penyinaran berbeda pada setiap bayi. Pada bayi kuning fisiologis yang lahir cukup bulan, dengan terapi sinar sehari saja kadar bilirubinnya sudah turun. Sementara bayi lahir prematur mungkin perlu waktu lebih lama lagi.
Nasya, yang beda golongan darah dengan aq (Nasya A, aq O) juga di-terapi sinar ini selama 24 jam. Setelah disinar, kadar bilirubinnya menjadi 9 mg/dl.
Masih cukup tinggi walaupun sudah dalam batas normal. Tapi kata DSA-nya, pelan-pelan akan berkurang sendiri. Dan pesan dari bidan waktu mau pulang, terus kasih ASI !! :)

Sumber : Nakita + Own Experience

Selasa, 11 November 2008

Guru Honorer "Nyambi" Jadi Juru Parkir

(ah... lagi lagi.....)

-------------------------------------------------


KESEJAHTERAAN para guru honor yang jauh dari cukup membuat mereka harus putar otak untuk mencari pendapatan tambahan, salah satunya bekerja sambilan. Pasalnya, harapan mereka menjadi pegawai negeri sipil (PNS) harus kandas lantaran terbentur syarat status sarjana. Widodo (46), salah satunya. Ketika keadaan ekonomi kian sulit, guru seni rupa yang sudah mengajar selama 21 tahun itu harus menjalani pekerjaan sambilan sebagai juru parkir pinggir jalan.


Seusai mengajar di SMA dan SMK Purnama di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dia menjadi juru parkir di Jalan Panglima Polim dan Jalan Wijaya II, Kebayoran Baru. Terkadang dia menjadi juru parkir sejak malam hingga pukul 03.00. ”Gaji guru honor hanya Rp 700.000 sebulan, kalau ditambah sama markir, saya bisa bawa pulang Rp 70.000 sehari,” ujarnya saat ditemui seusai mengajar, Rabu (5/11).


Tekanan ekonomi yang kini dirasanya sangat berat memaksanya menjalankan pekerjaan lain di luar mengajar. Widodo harus menanggung hidup empat anak kandungnya dan satu keponakannya yang semuanya masih sekolah, sedangkan istrinya tidak berpenghasilan. Dia sempat juga berjualan nasi goreng, sate, tongseng, dan bakso untuk menambah penghasilan, tetapi kini dihentikannya atas permintaan sang istri.


Pria yang juga aktif melatih ekskul teater itu hanya mengenyam pendidikan Diploma 2 di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Seringkali dia bertemu dengan muridnya saat sedang memarkir kendaraan. ”Saya suka malu kalau bertemu anak murid waktu lagi markir, apalagi murid perempuan,” ujar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

Namun, dia selalu menjelaskan kepada semua muridnya bahwa hidup di Jakarta tidak perlu sungkan melakukan pekerjaan apa pun asalkan halal.

”Dulu, SBY bilang akan mengangkat guru honor yang sudah mengabdi lebih dari 15 tahun menjadi PNS. Itu juga sempat memberi angin segar, tetapi ternyata sekarang terbentur oleh sertifikasi guru,” ungkapnya.


Dia pun berkali-kali mengikuti tes guru PNS dengan mengambil pilihan daerah di luar Jawa, seperti Papua dan Kalimantan, tetapi ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.


”Sertifikasi itu sangat mencekik kami, guru-guru yang sarjana bisa sangat sejahtera, tetapi kami semakin sulit,” ujar warga Jalan Hankam Raya, Ujungaspal, Podok Gede, Bekasi, ini.


Anak bungsu dari 17 bersaudara itu hanya berharap nasib guru honorer bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah. ”Kalau berharap jadi PNS sih sudah terlalu muluk yang penting sekarang bagaimana bisa sedikit lebih sejahtera saja,” ujarnya.


Bagi pria yang yatim piatu sejak kecil ini, mengajar adalah suatu pekerjaan yang menyenangkan dan termasuk ibadah. Dia bahkan sempat mengajar di SMP negeri dengan bayaran Rp 200.000 sebulan. Meski berpenghasilan pas-pasan, dia tetap akan menjalani profesi pendidik ini.


Sumber : Kompas, 10 November 2008


Senin, 03 November 2008

Kepala sekolahku seorang pemulung

WAJAH Mahmud (48) putih bersih. Cerah. Dandanannya rapi, tidak lusuh. Tawanya juga renyah. Riang. Di antara empat laki-laki teman kerjanya yang sibuk membersihkan botol-botol plastik bekas wadah air mineral di antara tumpukan sampah, dia paling keren.

Sekilas pandang sosok laki-laki setengah baya itu lebih pas juragan atau pedagang pengumpul dari para pemulung, tetapi kenyataan dia adalah pemulung sebetulnya. Mahmud terkesan pintar menyembunyikan duka lara kendatipun hidup sesungguhnya nelangsa.

Mahmud mengenakan kaus oblong atribut kampanye Pemilu 2004 dengan foto wajah
Susilo Bambang Yudhoyono. Bawahannya sarung warna merah tua. Di tengah perbincangan dia pamit menunaikan shalat Maghrib, bersalin kemeja koko hijau tua, dan peci hitam. Dia masuk ke rumah kotak dari bambu dan kayu lapis di dekat tumpukan sampah, "ladangnya" memulung.

Mahmud seorang guru. Ya, pengajar, bahkan dengan predikat Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Safinatul Husna di bilangan Pangadengan, Kalideres, Jakarta Barat.
Pagi sampai siang Mahmud bekerja di sekolah, mengajar berbagai mata pelajaran, mulai agama, matematika, biologi, hingga fisika.

Yayasan yang mengelola sekolah ini terbilang lumayan besar dan membawahi sekolah MTs setingkat SMP dan madarasah ibtidaiyah (MI) setingkat SD. Untuk Madrasah Tsanawiyah MTs saja memiliki ratusan siswa dengan 17 guru dan seorang staf.

Kendati memimpin sekolah yang terbilang besar dan sudah menjadi guru sejak tahun 1979, kehidupan keluarga tiga anak ini jauh dari layak. "Orang kadang-kadang tidak percaya, gaji saya kurang dari sejuta. Rata-rata hanya Rp 500.000 sampai Rp 700.000 sebulan," ujar Mahmud. Penuturan Mahmud dibenarkan Jumiati, istrinya, bekas penderita kanker otak.

Dengan penghasilan sekecil itu, Mahmud mencari penghasilan tambahan. Dia memulung sampah-sampah yang masih bernilai ekonomi, seperti lembaran plastik, botol plastik minuman mineral, kertas, dan kaleng dari tempat pembuangan sampah sementara.

Jika pagi-siang, pukul 06.30 hingga pukul 14.00 dia bekerja mendidik siswa-siswi dan mengorganisasi guru-guru beserta stafnya, sore hingga malam dia memulung. "Penghasilan sebagai pemulung saat ini kecil, paling-paling 300.000. Sebab, sudah banyak pemulung. Kalau dulu, waktu pemulung sedikit, penghasilan suami saya bisa sejuta sebulan," kata Jumiati.

Realita hidup yang dialami Mahmud memang terbilang tragis. Saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumbar bonus kepada guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dengan gaji yang dapat dibawa ke rumah minimal Rp 5 juta per bulan, berbanding terbalik dengan guru-guru swasta.

Mahmud menuturkan pekerjaan sambilan sebagai pemulung memang tanpa rintangan berarti, baik sesama guru, orang tua siswa maupun anak didiknya tidak sampai mengucilkan Mahmud. Namun, profesi ganda, guru plus pemulung sempat menjadi bahan perguncingan. Mahmud dianggap merendahkan profesi guru, apalagi jabatannya cukup keren-beken, yakni kepala sekolah.

Apa tanggapan balik Mahmud atas cibiran itu? "Saya tak bermaksud merendahkan martabat dan harga diri profesi guru," kat dia. Justru dengan sambil memulung, Mahmud coba memberi pelajaran kepada kawan seprofesinya dan pihak-pihak lain, kalau
gaji guru di Jakarta saja, ini Jakarta lho, belum cukup untuk kehidupan keluarga.

"Mestinya rekan-rekan guru yang lain bangga pada saya, siapa tahu ke depan guru swasta pun diperhatikan seperti PNS. Sebab guru swasta juga banyak, dan tugas mereka sama seperti guru negeri, mencerdaskan anak-anak," ujar Mahmud yang sudah menekuni pekerjaan mengumpulkan barang-barang bernilai ekonomis dari sampah buangan keluarga sekitar huniannya.

Derita keluarga Mahmud mengundang banyak keprihatinan, termasuk dari wartawan dan insan perfilman. Saat pembahasan RUU Guru dan Dosen marak rua tahun lalu, TVRI membuat tayangan dengan memosisikan Mahmud sebagai 'aktor' utama. TVRI mengeskploitasi rangkap jabatan guru dan pemulung. Setelah film itu tayang, Mahmud mendapat hadiah berupa tabungan Rp 20 juta.

Tahun lalu, dia juga menjadi "aktor" film dokumenter berjudul Kepala Sekolahku Pemulung. Film dokumenter terbaik yang menyabet penghargaan film favorit dalam kompetisi film dokumenter Eagle Award, Metro TV. Mahmud beserta istri pun tampil pada acara
Kick Andy. "Semua tabungan saya dari film itu habis, ludes... des... untuk pengobatan alternatif istri," kata Mahmud dengan nada pelan, lirih.

Seorang anaknya bahkan harus putus kuliah, drop out, setelah dua semester berturut-turut tidak mampu membayar uang kuliah karena semua penghasilan mereka tersedot untuk pengobatan sang ibu.

Jika dari TVRI didapatkan Mahmud honor Rp 20 juta, dari Metro TV diperoleh jalan mendapatkan operasi berbiaya ratusan juta dengan cuma-cuma. Saat derita dia diekspos Andy F Noya, sang presenter, hal itu mengilhami pihak RS Siloam Karawaci dan Yayasan Otak Indonesia memberi layanan bedah otak tanpa dipungut biaya. Beruntunglah keluarga ini, istri atau ibu yang mereka kasihi sudah bebas dari sergapan kanker otak mematikan.

Sumber : Persda Network

Lihat posting sebelumnya : Nasib guru swasta di sekolah kecil